Rabu, 08 Januari 2014

PENDIDIKAN SENI MUSIK DI SD


 PENDIDIKAN SENI MUSIK DI SD

A.     Beberapa Komponen Proses Belajar Mengajar Musik
1.      Tujuan Pengajaran Musik di SD
Pengajaran musik di SD adalah bagian dari pendidikan keseluruhan anak pada tahap pembentukan pribadinya dalam rangka menuju kepada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, seperti yang kita cita-citakan bersama. Untuk melaksanakan pengajaran musik di SD hendaknya kita mempunyai rumusan tujuan pengajaran musik di SD itu, agar dalam pelaksanaannya kita dapat selalu berpedoman kepada tujuan yang hendak dicapai. Rumusan tujuan pengajaran musik itu dapat bermacam-macam, tetapi tidak boleh berlawanan dengan tujuan yang tertera dalam kurikulum yang berlaku dan tujuan umum yang kita cita-citakan di atas. Salah satu alternatif rumusan tujuan pengajaran musik di SD itu dapat dibuat sebagai berikut : untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi rasa keindahan yang dimiliki murid melalui pengalaman dan penghayatan musik, kemampuan mengungkapkan dirinya melalui musik, kemampuan menilai musik melalui selera intelektual dan selera artistik sesuai dengan budaya bangsa sehingga memungkinkan murid mengembangkan kepekaan terhadap dunia disekelilingnya, dan dapat meningkatkan dan mengembangkan sendiri pengetahuan dan kemampuannya dalam bidang musik.
Tujuan pengajaran musik di SD ini harus dijabarkan menjadi beberapa tujuan instruksional umum yang lazim disebut TIU sesuai dengan pengelompokkan unsur-unsur musik yang esensial seperti yang telah diutarakan pada bab I, yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk/struktur lagu, dan ekspresi. TIU-TIU untuk unsur-unsur musik yang esensial ini dapat pula dilihat dalam bab III yang lalu tentang sasaran belajar A, B, C, D, dan E. Agar lebih jelas, TIU-TIU untuk pengajaran musik di SD ini dirumuskan kembali sebagai berikut.
a.       Murid dapat memiliki pengetahuan tentang irama, merasakan irama melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan gerak irama, membuat gerak irama, membuat pola-pola irama sederhana, dan membaca notasi pola-pola irama dengan benar.
b.      Murid dapat memiliki pengetahuan tentang melodi, merasakan melidi melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan gerak melodi membuat pola-pola melodi sederhana, dan membaca notasi melodi dengan benar.
c.       Murid dapat memiliki pengetahuan tentang harmoni, merasakan harmoni melalui pengetahuan dan penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan gerak harnoni, mengiringi lagu-lagu sederhana dengan alat musik harmoni sederhana dan membaca notasi harmoni dengan dengan sederhana.
d.      Murid dapat memiliki pengetahuan tentang bentuk / struktur lagu melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan bentuk-bentuk lagu dan mengarang lagu-lagu sederhana.
e.       Murid dapat pengetahuan tentang ekspresi, merasakan ekspresi melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai penginderaan bermacam tingkat ekspresi, menyanyikan atau memainkan lagu-lagu dengan tingkat ekspresi yang tingi.

Guru harus dapat memilih dan merencanakan kemampuan dan materi yang akan di ajarkan, yang hasilnya langsung dapat diamati. Hasil yang ingin dicapai ini dirumuskan dalam tujuan-tujuan pengajaran terkecil, yang disebut tujuan Instruksional khusus atau TIK. Semua TIK haruslah selalu mengarah kepada usaha pencapaian TIU-TIU. 
2.      Murid Yang Belajar
Proses belajar mengajar dapat terjadi bila ada yang belajar. Yang belajar ini ialah murid. Murid-murid ini datang dari lingkungan yang berbeda-beda. Lingkungan yang selalu mendengarkan musik akan mempercepat perkemabangan rasa musik anak. Pengalaman mendengar dan meniru suara yang sering dilakukan anak itu akan memberikan kemampuan bernyanyi kepadanya, sehingga waktu masuk SD ia sudah dapat menyanyikan beberapa lagu dengan cukup baik. Pengajaran musik yang dimulai dengan kegiatan bernyanyi akan memberikan kesenangan baginya dan segera dapat diikutinya.
3.      Guru yang mengajar
untuk dapat melaksanakan pengajaran musik di SD dengan baik guru harus memahami peranan komponen-komponen proses belajar mengajar serta hubungan saling keterkaitannya dalam pengajaran musik. Guru yang mengajar itu hendaklah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, yang antara lain adalah sebagai berikut :
a.       Memiliki  pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam bidang musik, sehingga menguasai isi atau materi pengajaran musik yang disajikan.
b.      Memiliki pengetahuan dan pandangan tentang sifat dan hakikat musik itu sendiri, sifat dan hakikat proses belajar musik, serta sifat dan hakikat pengajaran musik.
c.       Memiliki pengetahuan dan keterampilan bernyanyi dengan menggunakan teknik bernyanyi yang baik.
d.      Memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk memainkan alat-alat musik yang digunakan dalam memberikan pengajaran musik
e.       Memiliki pengetahuan dan kemampuan menggunakan berbagai macama metode penyajian yang diperlukan untuk memberikan pengajaran musik.
f.        Memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menjajaki tingkat pengetahuan, keterampilan, dan tingkat kematangan murid, untuk dapat menentukan materi dan bahan pengajaran musik yang sesuai bagi murid-muridnya; guru haruslah cepat dapat melihat bagian mana dari materi dan bahan pengajaran itu yang sudah dikuasai murid dan mana pula yang belum mereka ketahui. Pengajaran harus selalu disesuaikan dengan tingkat kemampuan murid untuk menerimanya.
g.       Memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memilih dan menentukan lagu-lagu atau komposisi musik yang sesuai dengan kondisi murid-murid, sebagai bahan pengajaran untuk menyampaikan materi pengajaran musik.
h.       Memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mencari dan memilih serta menggunakan sarana dan media yang dapat digunakan untuk memberikan pengajaran musik
i.         Memiliki keterampilan memberikan bahan pengajaran melalui kegiatan pengalaman musik
j.        Memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memilih dan menggunakan metode-metode pengajaran musik yang tepat untuk situasi dan kondisi yang dihadapi
k.      Memiliki pengetahuan dan kemampuan tentang cara memberi penilaian terhadap pencapaian hasil belajar murid

4.      Sarana dan Media Pengajaran Musik
Pengajaran musik diberikan melalui pengalaman musik, yang menimbulkan bermacam-macam bunyi. Oleh sebab itu seyogianyalah pengajaran musik ini dilaksanakan di dalam kelas yang khusus dan agak terpisah, sehingga tidak mengganggu kelas-kelas lain yang belajar pada waktu yang sama.
Untuk menuntun murid-murid dalam kegiatan pengalaman musik ini hendaknya dapat disediakan alat musik pengiring yang tepat digunakan, dan sebaliknya dapat disediakan sebuah piano. Piano berguna pula untuk menjelaskan materi pengajaran musik kepada murid. Jika tidak ada piano di sekolah dapat juga digunakan alat musik keyboard yang lain seperti organ atau acordion. Jika organ atau acordion tidak ada, sekurang-kurangnya guru harus dapat menyediakan sebuah gitar.
Untuk membahas unsur melodi hendaknya dapat disediakan alat-alat musik melodi seperti glockenspiel, silopon, melodika, pianika, ricorder, harmonika, atau alat musik melodi apa saja yang dapat disajikan seperti kolintang, angklung, suling bambu, dan sebagainya. Untuk menentukan tinggi nada disediakan pula garpu tala dan puput tala.
Untuk membahas unsur harmoni hendaknya dapat disediakan alat musik harmoni seperti harmonika akor, uku lele, gitar, atau kalau mungkin disediakan otoharpa, yaitu sejenis kecapi yang dapat menghasilkan beberapa macam bunyi akor sesuai dengan yang diinginkan.
5.      Materi dan Bahan Pengajaran Musik
Pengajaran musik ialah pengajaran tentang kemampuan bermusik dengan memahami arti dan makna dari unsur-unsur musik yang membentuk suatu lagu atau komposisi musik, yang disampaikan kepada murid melalui kegiatan-kegiatan pengalaman musik. Unsur-unsur musik sebagai materi pengajaran musik yaitu merupakan suatu kesatuan yang berkaitan erat, membentuk sebuah lagu atau komposisi musik. Untuk kepentingan materi pengajaran musik, unsur-unsur musik itu kita bagi atas lima komponen seolah-olah dapat dipisah-pisahkan yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk/struktur lagu, unsur musik inilah yang dijadikan pokok bahasan yang esensial dengan sub-sub pokok bahasan dan uraiannya.
6.      Metode Pengajaran Musik
Metode pengajaran musik ini didasarkan atas tahap tingkat urutan kegiatan belajar musik. Urutan kegiatan musik haruslah mengikuti tahapan syarat tingkat urutan kemampuan bermusik dan tingkat urutan materi pengajaran musik yang logis. Metode yang digunakan seorang guru musik akan sangat tergantung kepada pandangannya tentang sifat dan hakikat musik itu sendiri, sifat dan hakikat balajar musik, sifat dan hakikat pengajaran musik.
Dalcroze (1865-1950) mengemukakan bahwa pelajaran teori musik haruslah diberikan melalui bunyi musik itu sendiri, sehingga anak-anak mendengar alunan bunyi tersebut, menghayati apa yang dinamakan tangga nada, interval dan akornya.
Frigyes Sandor (1975) mengemukakan pula gagasan kodaly yang mengatakan bahwa bernyanyi dan latihan gerak tubuh sangat berhubungan erat, karena irama lagu dapat mempengaruhi dan mengendalikan pusat syaraf serta dapat pula memnerikan latihan kepada tenggorokan dan kerongkongan.
Leonhard dan House (1972) mengatakan bahwa metode-metode pengajaran musik yang digunakan haruslah selalu dihubungkan dengan musik itu sendiri sebagai seni ekspresi. Pengajaran mengenai teknik, notasi, sejarah, atau teori diluar hubungan dengan musik dan ekspresi tidak dapat dibenarkan.
Greenberg (1979) mengatakan bahwa pengalaman-pengalaman musik dapat mengembangkan kemampuan anak untuk mengungkapkan fikiran dan perasaannya melalui bunyi, alat musik, melalui suaranya sendiri, dan melalui gerak tubuhnya.
Rousseau (1712-1778) mengatakan bahwa anak-anak memang harus belajar membaca notasi musik, tetapi janganlah dipaksa buru-buru mempelajarinya karena membaca itu sebenarnya hanyalah merupakan satu alat sedangkan sebuah lagu akan dapat dinikmati dengan mendengarkannya, bukan dengan melihat notasinya.
Curwen (1816-1880) menekankan bahwa dalam pelajaran musik yang dibayangkan anak-anak ialah bunyinya, bukan notasinya, dan dalam kegiatan belajar mengajar, haruslah diciptakan situasi yang menyenangkan bagi anak-anak.
Brocklehurst (1974) mengemukakan bahwa ingatan bayangan nada adalah salah satui dari hal-hal yang sangat penting dalam kemampuan bermusik, dan merupakan persyaratan dasar untuk semua kegiatan musik, baik yang menyangkut kreatifitas, penyajian, maupun dalam mendengarkan musik.
O’Brien (1963) mengemukakan bahaw berdasarkan teori-teori jean piaget dan teori-teori jerome Bruner tentang tahap-tahap berfikir anak telah menyimpulkan bagaimana seharusnya memberikan pengajaran musik.
Edwin E. Gordon (1984) dalam bukunya Learning Sequences in Music, memakai istilah audiation untuk pengertian bayangan penginderaan musik

Kamis, 09 Mei 2013


PROGRAM TAHUNAN (PROTA)
Program tahunan adalah rencana penetapan alokasi waktu satu tahun untuk mencapai tujuan (SK dan KD) yang telah ditetapkan. Penetapan alokasi waktu diperlukan agar seluruh kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum seluruhnya dapat dicapai oleh siswa. Penentuan alokasi waktu ditentukan pada jumlah jam pelajaran sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku serta keluasan materi yang harus dikuasai oleh siswaProgram. Tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, berisi tentang garis-garis besar yang hendak dicapai dalam satu tahun. Dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.Program ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun pelajaran dimulai. Karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-progran berikutnya, yakni program semester, mingguan dan harian serta pembuatan silabus dan sistem penilaian komponen-komponen program tahunan meliputi identifikasi (satuan pendidikan, mata pelajaran, tahun pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, alokasi waktu dan keterangan.
Setidaknya dalam menyusun Prota, komponen yang harus ada sebagai berikut:
a. Identitas (mata pelajaran, kelas, tahun pelajaran).
b. Format isian (semester, standar kompetensi, kompetensi dasar, matei pokok, dan alokasi waktu).
Dalam perkembangan dan pengkajian penyusunan Prota, terdapat beragam alternatif format program tahunan.

PROGRAM SEMESTER
Program semester adalah program yang berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Program semester merupakan penjabaran dari program tahunan. Isi dari program semester adalah tentang bulan, pokok bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang direncanakan, dan keterangan-keterangan. Program semester merupakan penjabaran dari program tahunan sehingga program tersebut tidak bisa disusun sebelum tersusun program tahunan.
Program semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Pada umumnya program semester ini berisikan:
  1. Identitas (satuan pendidikan, mata pelajaran, kelas/semester, tahun pelajaran)
  2. Format isian (standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, jumlah jam pertemuan (JJP), dan bulan).
  3. Seperti program tahunan, program semester juga banyak alternatifnya. Berikut disajikan format program semester yang disarikan dari berbagai model yang ada:

KALENDER PENDIDIKAN (KALDIK)
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran. Kalender pendidikan mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, dan hari libur. Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran.


Senin, 22 April 2013

KATA KERJA OPERASIONAL (KKO)


KATA KERJA OPERASIONAL (KKO) EDISI REVISI TEORI BLOOM

Oleh Aprianto
Widyaiswara BDK Padang


RANAH KOGNITIF
Mengingat
(C1)
Memahami
(C2)
Menerapkan
(C3)
Menganalisis
(C4)
Mengevaluasi
(C5)
Menciptakan
(C6)
1
2
3
4
5
6
Mengenali
Mengingat kembali
Membaca
Menyebutkan
Melafalkan/melafazkan
Menuliskan
Menghafal
Menjelaskan
Mengartikan
Menginterpretasikan
Menceritakan
Menampilkan
Memberi contoh
Merangkum
Menyimpulkan
Membandingkan
Mengklasifikasikan
Menunjukkan
Menguraikan
Membedakan
Mengidentifikasikan
Melaksanakan
Mengimplementasikan
Menggunakan
Mengonsepkan
Menentukan
Memproseskan


Mendiferensiasikan
Mengorganisasikan
Mengatribusikan
Mendiagnosis
Memerinci
Menelaah
Mendeteksi
Mengaitkan
Memecahkan
Menguraikan
Mengcek
Mengkritik
Membuktikan
Mempertahankan
Memvalidasi
Mendukung
Memproyeksikan

Membangun
Merencanakan
Memproduksi
Mengkombinasikan
Merangcang
Merekonstruksi
Membuat
Menciptakan
Mengabstraksi









RANAH AFEKTIF
Menerima
(A1)
Merespon
(A2)
Menghargai
(A3)
Mengorganisasikan
(A4)
Karakterisasi Menurut Nilai (A5)
Mengikuti
Menganut
Mematuhi
Meminati

Mengompromikan
Menyenangi
Menyambut
Mendukung
Menyetujui
Menampilkan
Melaporkan
Memilih
Mengatakan
Memilah
Menolak
Mengasumsikan
Meyakini
Meyakinkan
Memperjelas
Memprakarsai
Mengimani
Menekankan
Menyumbang
Mengubah
Menata
Mengklasifikasikan
Mengombinasikan
Mempertahankan
Membangun
Membentuk pendapat
Memadukan
Mengelola
Menegosiasi
Merembuk
Membiasakan
Mengubah perilaku
Berakhlak mulia
Mempengaruhi
Mengkualifikasi
Melayani
Membuktikan
Memecahkan


RANAH PSIKOMOTOR
Meniru
(P1)
Manipulasi
(P2)
Presisi
(P3)
Artikulasi
(P4)
Naturalisasi
(P5)
Menyalin
Mengikuti
Mereplikasi
Mengulangi
Mematuhi
Kembali membuat
Membangun
Melakukan, Melaksanakan, Menerapkan

Menunjukkan
Melengkapi Menunjukkan, Menyempurnakan Mengkalibrasi Mengendalikan
Membangun
Mengatasi Menggabungkan Koordinat, Mengintegrasikan Beradaptasi Mengembangkan Merumuskan, Memodifikasi
Master
Mendesain
Menentukan
Mengelola
Menciptakan




ASESMENT KINERJA


ASESMENT KINERJA
   
 PENGANTAR
Asesmen kinerja yaitu penilaian terhadap proses perolehan penerapan pengetahuan dan keterampilan melalui proses pembelajara yang menunjukkan kemampuan siswa dalam proses dan produk. Asesmen kinerja pada prinsipnya lebih ditekankan pada proses keterampilan dan kecakapan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Assesmen ini sangat cocok digunakan untuk menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk kerja. Proses, kegiatan, atau unjuk kerjadinilai melalui pengamatan terhadap siswa ketika melakukannya. Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Misal penilaian terhadap kemampuan siswa merangkai alat praktikum untuk percobaan sederhana dilakukan selama siswa merangkai alat, bukan sebelum atau setelah alat dirancang.   
 URAIAN MATERI
            Asesmen ini melibatkan aktivitas siswa yang membutuhkan unjuk keterampilan tertentu dan atau penciptaan hasil yang telah ditentukan. Karena itu metodologi asesmen ini memberi peluang kepada guru untuk menialai pencapaian berbagai hasil pendidikan yang sebenarnya tidak dapat dijabarkan dalam tes tertulis. Melalui metodologi ini, asesmen kinerja memungkinkan guru mengamati siswa saat siswa sedang bekerja atau melakukan tugas belajar, atau guru dapat menguji hasil-hasil yang dapat dicapai, serta menilai (judge) tingkat penguasaan/kecakapan yang dicapai siswa.
            Asesmen kinerja tidak hanya bergantung pada jawaban yang benar atau salah. Sebagaimana halnya dengan asesmen bentuk esay, observasi yang dilakukan oleh guru dalam rangka melakukan pertimbangan-pertimbangan subyektif dengan level prestasi yang dicapai siswa. Evaluasi ini didasarkan pada perbandingan kinerja siswa dalam mencapai standar excellent (keunggulan prestasi) yang telah dicapai sebelumnya. Sebagaimana tes essay, pertimbangan guru diguanakan sebagai dasar penempatan kinerja siswa pada suatu kesatuan atau kontinum tingkatan-tingkatan prestasi yang terentang mulai dari tingkatan yang sangat rendah sampai tingkatan yang sangat tinggi.
            Hal-hal yang harus kita pahami tentang asesmen kerja adalah kita mendesain dan mengembangkan asesmen kerja untuk di gunakan kelak dikelas kita sendiri. Metodologi asesmen kerja bukanlah suatu obat yang mujarab, bukan penyelamat guru, dan buakn merupakan suatu kunci untuk menilai kurikulum yang sebenarnya. Asesmen ini semata-mata merupakan alat yang diberikan cara-cara yang efesien dan efektif untuk menilai beberapa (bukan keseluruhan) hasil-hasil dari proses pendidikan yang dipandang berguna.
            Berdasarkan cara melakasanakan asesmen kinerja, dapat dikelompokkan menjadi:
o   Asesmen kinerja klasikan digunakan untuk mengakses kinerja siswa secara keseluruhan dalam suatu kelas keseluruhan
o   Asesmen kinerja kelompok untuk mengakses kinerja siswa secar berkelompok
o   Asesmen kinerja individu untuk mengakses kinerja siswa secara individu

Pada pelaksanaannya, guru dapat mengatur secara fleksibel kinerja-kinerja yang akan diakses dalam kurun waktu tertentu. Misalnya dalam dua semester guru merencanakan untuk mengakses keterampilan setiap siswa dalam membuat larutan. Guru merencanakan dalam dua semester tersebut empat kali kegiatan yang menuntut siswa membuat larutan. Maka guru dapat membagi siswa dalam empat kelompok siswa yang akan diases. Siswa kelompok pertama akan diases pada kegiatan pembuatan arutan pertama. Kelompok berikutnya diases pada pembuatan larutan berikutnya. Sehingga setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk dinilai keterampilannya dalam membuat larutan. Asesmen kinerja yang digunakan oleh guru tersebut adalah asesmen kinerja individu.
Untuk merealisasikan asesmen kinerja ini, dimulai dengan membuat perencanaan asesmen kinerja yang meliputi tiga fase penting, yaitu:
·           Fase 1: mengidentifikasikan kerja. Pada tahap ini ditentukan apa jenis yang ingin dinilai. Misalnya kemampuan untuk menggunakan mikroskop dapat diurai menjadi: membawa mikroskop dengan benar, menggunakan lensa dengan pembesaran kecil lebih dahulu, mengatur pencahayaan, memasang preparat, dan memfokuskan bayangan benda
·           Fase 2: mendesain latihan-latihan kinerja. Setelah kinerja yang akan dinilai ditentukan tahap berikutnya adalah menyediakan pembelajaran yang memungkinkan aspek kinerja yang akan dinilai dapat muncul. Misalnya guru akan menilai kemampuan menggunakan mikroskop, maka KBM yang dipersiapkan adalah praktikum dengan menggunakan mikroskop
·           Fase 3: melakukan penskoran dan perekaman/pencatatan hasil
Asesmen kinerja bersifat lugas (fleksibelitas) dalam pengembangan bagian-bagiannya, tetapi ada beberapa yang perlu diperhatiakan yaitu ketika meninjau faktor-faktor konteks dalam rangka pengambilan keputusan tentang kapan mengadopsi metoda-metoda assesmen kinerja. Pada dasarnya faktor-faktor utama yang dipertimbangkan dalam proses seleksi assesmen sesuai dengan sasaran prestasi untuk siswa dan juga assesmen kinerja.
Dalam klasifikasi kinerja, pemakai bebas memilih dari suatu rentangan sasaran prestasi yang mungkin, dan asesmen kinerja dapat difokuskan pada sasaran-sasaran khusus dengan mengambil tiga keputusan desain: merumuskan jenis kinerja yang dinilai, mengidentifikasi siapa yang akan dinilai, dan menetapkan kriteria kinerja.
Kegiatan dalam komponen pengembangan latihan harus dipikirkan hal-hal yang menyebabkan siswa melakukan perbuatan tertentu yang dapat merefleksikan tingkat penguasaan/kecakapan/prestasi yang dicapai. Karena itu, dalam hal ini harus dipertimbangkan hakekat latihan, banyaknya latihan yang dibutuhkan, dan petunjuk-[etunjuk aktual bagi siswa untuk melakukan latihan tersebut.
Dlaam hal penskoran, penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu orang agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat. Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya-tidak) atau skala rentang (sangat baik-baik-agak baik-tidak baik).
Pada penialian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, siswa mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adlaah penilai hanya memiliki dua pilihan mutlak, misalnya benar-benar salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian nilai tengah tidak ada. Penilaian unjuk kerja menggunakan skala rentang memungkinkan penialai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum dimana pilihan kategori nilai lebih dari dua.
Beriut ini adalah contoh asesmen kinerja dalam menggunakan mikroskop dengan teknik penilaian daftar ceklis
No.
Aspek Penilaian
Skala
Ya
Tidak
1
Membawa mikroskop dengan benar


2
Lensa dengan pembesaran kecil lebih dahulu


3
Mengatur pencahayaan


4
Memasang preparat


5
Memfokuskan bayangan benda